Label

Senin, 08 September 2008

Filosofi Anjing

PANTASKAH ANJING PROTES PADA SAHABATNYA

(Filosofi Anjing)

Kemarin ada anjing yang datang ke gue, dia curhat sampe terkaing kaing kaya anjing (lho kan dia emang anjing?). Dia cerita bagaimana hatinya sedang terluka oleh sahabatnya atau yang lebih popular tuannya. Bagi anjing itu si tuan adalah sahabat terbaik yang disayang dengan segenap jiwa dan bulu yang ada padanya. Ketika si tuan sedang marah, si anjing pasti kena damprat oleh tuannya itu, bahkan tidak jarang si anjing kena tendang. Namun itu tidak masalah bagi si anjing, suatu saat si tuan sedang sedih dan sendiri dan tak ada yang menemani, si anjing setia disampingnya memberikan penghiburan semampunya sebagai seorang sahabat. Ketika sedang BT si anjing yang akan diajak main oleh si tuan, dan sebagai sahabat, si anjing tak pernah keberatan diperlakukan apapun untuk menyenangkan tuannya, dia tetap setia. Sampai pada suatu saat si tuan punya kucing baru dalam hidupnya, ini membuat hidupnya lebih berwarna, karena karakter si kucing lebih lembut dari si anjing. Si kucing senang dibelai dan membelai tuannya terlebih karena kucing ditempatkan di dalam rumah, sementara anjing tempatnya diluar rumah, bagaimana mungkin bisa membelai tuannya. Perhatian sahabatnya itu sekarang lebih kepada kucing barunya yang bisa mempesonakan lewat gerak tubuh yang menawan dan rayuan yang memang adalah bakat seekor kucing. Kini si anjing tidak bisa memasuki ruang dimana sahabatnya sedang mesranya bersama kucingnya yang baru. Waktu indah yang dulu sering dilewati bersama sudah pudar terkena bulu kucing yang halus. Kini anjing itu hanya bisa menjadi penjaga digaris luar dan tidak boleh memasuki ruang yang bisa dimasuki si kucing. Anjing itu hanya bisa diam menahan sedih dan sepi yang dalam, namun ketika tuannya menhampirinya dia berusaha riang karena tak ingin tuannya tahu apa yang dirasa olehnya. Tapi yang pasti dia kehilangan namun juga sesungguhnya senang melihat tuannya bahagia. Keadaan ini membuat si anjing dilema terhadap perasaanya sendiri. Tangisan si anjing kini hanya bagaikan lolongan di tengah malam yang sepi, tak ada yang mengerti lolongan itu artinya apa bahkan terkesan menakutkan. Suatu hari anjing itu berusaha menyenangkan tuannya dengan benda kesayang si tuan, memang saat itu si tuan menyenangi pemberian si anjing, namun tampaknya kehadiran si kucing tetap lebih menyenangkan bagi si tuan. Si anjing hanya bisa tersenyum kecil bersama liurnya yang terus menetes. Tak terasa pembicaraan aku dan si anjing hingga larut malam dan dia harus menemui majikannya itu untuk menjaganya, akhirnya si anjing ijin pamit ke gue. Sebelum pergi aku sempat menawarkan sesuatu kepada si anjing, bagaimana kalo lo jadi sahabat gue aja? Si anjing tersenyum dan menggoyangkan ekornya, dia mengatakan sesuatu yang menyedihkan: aku diciptakan sebagai mahluk yang setia, ketika aku telah menjadi sahabat, aku akan tetap menjadi miliknya, walau aku didera, dipukul, disiksa, dibuang atau mungkin dibunuh, aku akan tetap setia menjadi sahabat. Bahkan ketika aku telah dicampakan dan dia ingin aku kembali, aku masih ada untuknya. Aku tak pantas protes, karena aku adalah anjing, aku tak bisa memiliki karena aku yang dimiliki. Lalu si anjing pergi dengan lolongan yang panjang dan pilu. Aku berkata dalam hati, apakah ada yang lebih setia dari pada anjing.

Tidak ada komentar: