Label

Senin, 08 September 2008

Jauh dan Terbuang

Jauh dan Terbuang

Aku melihat diriku sendiri dalam keadaan yang terpuruk. Terjatuh dan remuk tanpa kekuatan apapun yang mampu menopangku. Aku melihat diriku merangkak mencoba berpindah tubuh dalam kelemahan yang mendalam. Aku berusaha mencari kekuatanku di dalam diriku, namun tampaknya hatiku telah mati dan mengusir semua kuat di dalam diriku yang sendiri. Kini aku mencoba melihat sekitarku, apakah ada seseorang yang mampu menjadi penopang ku, mengulurkan tangan untuk kuraih. Tampaknya memang tiada sesiapapun yang mampu kuraih, semuanya hanya diam bahkan mungkin tertawa di dalam jiwa mereka yang haus akan kepuasan. Aku tak tahu lagi di mana aku mencari, di rumah aku pun mengalami kepedihan ketika aku menjadi seseorang yang tak berprestasi yang membanggakan. Pada cinta aku telah beku, sehingga aku tak peka akan kehangatannya, rasaku telah mati, bahkan mungkin mereka bersyukur tidak menjadi bagian dari cintaku yang hina dan tak berharga. Pada sahabat, tampaknya mereka pun harus tetap berdiri tegak untuk menjadi sandaran bagi kekasih mereka, sementara untuk menopangku mereka harus menundukan sedikit badannya, tampaknya itu sulit karena mereka pun tak ingin aku mencampuri kehidupan cinta mereka yang memang lebih penting dari aku. Di rumah Tuhan para pemuja tak menginginkan aku karena aku dianggap tidak sama dengan mereka yang selalu hidup di bawah perintah-Nya yang agung. Di manapun aku berpijak, aku terbuang, tak akan berarti apapun yang kuberikan pada siapapun. Aku tertolak dan terpuaskan akan kesendirian yang mendalam. Kebekuan ini menguasai aku amat dalam. Saat aku menangis, air mataku dianggap tipuan layaknya racun yang mematikan. Kini aku tak lagi berair mata, aku tak lagi memiliki hati untuk menangis, aku hanya tertawa jika aku terluka. Apakah aku begitu hina, sehingga kenangan tentang aku yang indah tak mampu membuat mereka berhenti menolak aku, apakah mereka tak ingat bagaimana dulu aku berair mata dan mereka berusaha menyekanya, begitu pula air mata mereka menjadi bagian jiwaku saat aku memeluk mereka. Apakah kenangan itu telah pergi, apakah kenangan itu hanya berarti bagiku dan tak berarti apapun bagi mereka, aku tak tahu. Kini aku merindukan tangisanku yang dulu, dan aku ingin mencinta lagi yang kini aku telah lupa bagaimana rasanya mencinta. Aku jatuh, terpuruk namun dibiarkan hidup dalam lukaku yang membelenggu.

MAWAR ITU MEMUAKAN, MADU ITU PAHIT, TERIK MENTARI ITU BEKU, SENYUM ITU MENYAKITKAN, JIKA DITOLAK SAAT DIBERIKAN.

1 komentar:

PaschA MaryaM VerliN PunU mengatakan...

1. Kau tak pernah sendiri .
2. Ada 1 kekuatan yang dapat menopangmu jika kau mengijinkan .

Pkokna,,cha syg abang Jenda !!!
=))