Label

Senin, 08 September 2008

Filosofi Air Hangat

IKAN DAN AIR HANGAT

(filosofi Air Hangat)

Di daerah pedalaman asia ada sebuah gunung es yang di kakinya mengalir satu sungai, di mana di hulu sungai tersebut ada sumber mata air yang dihuni seekor ikan yang setiap hari berenang dan bernyanyi (kaya play group ya). Ikan tersebut sangat menyenangi mata air tersebut, karena mata air tersebut memiliki sumber air panas dari gunung dan airnya terasa hangat, padahal itu adalah gunung es. Ikan dan sungai tersebut saling menemani dalam setiap hari-harinya, mereka bersahabat dekat, bahkan sangat dekat. Keduanya sudah saling sangat mengenal satu dengan yang lainnya dan memberi senyuman dalam tiap hari mereka. Suatu hari ikan tersebut berenang ke perairan yang jauh dan lama kembali. Setelah kembali si air menegur si ikan, kenapa pergi jauh sekali sobat lama kembali lagi, kata si air. Si ikan menjawab dengan canda, aku emang lagi pingin main, dan buat apa si kamu tanya-tanya itu, kata si ikan. Lalu kisah itu berlalu begitu saja sampai suatu hari si ikan pergi lagi meninggalkan mata air tersebut. Setelah lama, baru si ikan kembali dan mencoba menegajak si air bercengkrama seperti biasa. Keduanya saling bermain bersama, namun si ikan merasa ada yang aneh dengan si air dan si ikan menanyakan kepada sahabatnya itu. Hei air apa yang terjadi denganmu, kenapa kamu terasa dingin sekali? Si air hanya diam. Ikan kembali bertanya kepada air, kamu kenapa? Apa ada yang salah dengan aku, sehingga kamu ga mau kasih kehangatan yang biasa kamu kasih ke aku? Si air tak memberikan jawaban apapun, bahka air tersebut semakin dingin dan si ikan semakin tak nyaman dengan suhu air tersebut. Si ikan semakin bertanya dalam hatinya, apa yang salah dengan aku, kenapa dia begitu dingin kepada aku. Si air akhirnya berusaha menjelaskan kepada si ikan, aku memang dingin, tapi bukan kamu yang salah sahabatku. Aku berusaha memberikan kehangatanku kepadamu, namun memang sudah tidak bisa. Tidak ada yang salah denganmu, kesalahan ada pada sumber airku yang memang tak lagi mengeluarkan air hangat, sebenarnya ini telah terjadi sebelum kau pergi kemarin, namun aku berusaha memberikan sisa kehangatanku kepadamu, saat kau pergi semuanya benar-benar berhenti, aku tak lagi memiliki kehangatan ku. Bagaimana aku bisa menghangatkanmu sementara aku sendiri menggigil sendiri dalam tiap hariku, tak ada sesuatu atau siapapun yang menemaniku saat aku kehilangan kehangatanku. Aku pun tak bisa memanggil siapapun untuk menemaniku dalam kedinginan yang menggigil. Satu-satunya kehangatan yang tersisa dariku adalah air mata ku sendiri. Tak ada yang salah denganmu, hanya saja kau terlalu lama pergi, jadi saat kau kembali, perubahan ini terasa sangat kepadamu. Seandainya kamu ga pergi terlalu lama, mungkin kamu ga akan terlalu merasakan perubahan ini karena sesungguhnya perubahan ini terjadi secara perlahan. Jadi saat kau kembali, perubahan itu sudah begitu drastis. Aku sendiri kedinginan, lalu kau meminta kehangatan yang aku punya dulu, bagaimana aku menjawabnya sobat. Apa yang aku harus berikan kepadamu, aku tak tahu. Semakin hari ini berlalu aku semakin dingin dan akan membeku karena aku tak memiliki kekuatan untuk menghangatkan aku dan gunung di atasku akan membekukan aku. Akupun tak tahu jika kau tak pergi lama kemarin apakah aku bisa tetap hangat, jadi ini bukan salahmu. Aku hanya kecewa, aku hanya ingin saat aku menggigil kehilangan kehangatanku aku ditemani oleh nyanyian dan tarianmu yang dulu selalu ada untukku. Paling tidak aku tak sendiri di sini. Tapi yah sudahlah sahabatku, aku tahu bahwa aku hanya sahabat dan aku tak berhak melarang kemanapun kau ingin berenang dan berkelana. Itu hidupmu, dan aku hanya sebagian kecil dari hidupmu. Karena aku tahu kau bisa hidup tanpa aku, kau bisa mencari mata air lain atau kau bisa mencari laut yang akan memberikan mu banyak hal dalam hidupmu. Tak ada yang perlu disesali, ini terjadi bukan karena kau pergi, tapi karena aku sendiri yang memang begini. Bukan salahmu sahabat dan aku memang bukan yang dulu kau kenal. Bukan hanya kamu yang tak nyaman dengan aku, banyak ikan telah pergi meninggalkan aku karena mereka hanya akan ada disini untuk kehangatanku saja dan aku bukan yang dulu mereka kenal, karena aku dingin dan penuh kebencian kepada siapapun. Lebih baik kau pergi sebelum kau mati membeku di sungaiku. Paling tidak berharaplah agar mentari menyinari aku dan menghangatkan ku sedikit. Si ikan pun menjauh sambil melihat sahabatnya perlahan berubah menjadi es beku yang takan mungkin tersentuh olehnya lagi. Sahabatnya mati dan membeku.

Tidak ada komentar: